Katanya Cinta Itu Membahagiakan

Minumlah Air Kama


Tak ada kekuatan di dunia ini dapat mengingkari kebahagiaanku, karena kebahagiaanku lahir dari pelukan dua roh yang disatukan dengan sikap saling memahami dan dipadukan oleh cinta.

Kahlil Gibran


Langit gelap, angin berembus kencang mematahkan ranting dan dahan yang terlihat kuat. Daun-daun berjatuhan ke tempat yang jauh dari tangkainya tertiup angin yang gelisah itu. Hujan belumlah turun, tetapi mendung sudah menutupi gunung yang sedang merenung (entah apa yang sedang dia renungkan). Bayangannya adalah kesedihan yang siap menumpahkan air mata semesta, menghujani siapa pun yang ada di bawahnya. Auranya seperti sihir pembunuh kebahagiaan.

Penduduk yang berdiam di tepian sungai kini sedang berduka. Panen kini tak lagi mampu membahagiakannya. "Paduka sedang berduka" demikian kabar yang menyebar dari mulut ke mulut yang gemanya membentuk sebuah energi kesedihan yang semakin hari semakin pekat.

Kabar "Paduka Sedang Berduka" membuat mereka menjadi berduka. Kabar "Paduka Sedang Berduka" itu seperti kutukan yang siap merenggut kebahagiaan siapa pun yang mendengarnya.

Penduduk yang berdiam di tepian sungai itu tak mampu berbuat banyak, hanya mampu merasakan kesedihan raja yang sangat mereka cintai. Mereka hanya mampu berduka.

Dengan suara bergetar, lelaki tua bermahkota di kepalanya itu berkata, "Anak kesayanganku, bicaralah Nak. Sudah setahun kau berdiam diri seperti ini. Apa yang harus Ayah lakukan supaya kamu bahagia lagi seperti dulu?"

Perempuan bergaun indah itu hanya menunduk seperti berusaha menyembunyikan air matanya tanpa berkata sepatah kata pun. Dalam hati ia menjawab, "Kebahagiaanku sudah pergi bersama perginya suamiku, Ayah."

Sejak kepergian suaminya yang gugur dalam peperangan setahun yang lalu, anak satu-satunya raja penguasa Negeri Seribu Sungai itu berdiam diri tak bicara sepatah kata pun.

Pada awalnya raja yang terkenal bijak ini bisa memahami kesedihan putrinya. la berpikir lambat laun anaknya akan melupakan kesedihannya, seperti waktu itu ia bisa beranjak dari kesedihannya ketika kehilangan istri yang dicintainya yang meninggal waktu melahirkan anak perempuannya, yang kini sedang bersedih itu.

"Tapi ini sudah setahun lebih...," batinnya. Dalam diamnya Paduka Raja teringat akan usulan penasihatnya tentang air kama, air penawar kesedihan.

Air kama adalah sebuah keajaiban yang berada di Negeri Seribu Cahaya. Siapa pun yang meminumnya akan bahagia. Air kama terdapat di sebuah telaga yang berada di puncak gunung. Untuk mencapai telaga berwarna jingga itu diperlukan jiwa yang tegar dan sabar.

Para pencari air kama akan diuji oleh tujuh pengorbanan dan tujuh kesedihan. Namun setelah sampai dan meminum airnya, kesulitan dan kesedihannya akan hilang seketika, berganti dengan kebahagiaan.

Para penduduk yang berdiam di tepian sungai kini bahagia setelah mengetahui Paduka Raja tidak lagi berduka. Kini, Paduka Raja bahagia karena putri kesayangannya sudah bahagia. Ia tidak lagi bersedih setelah meminum air kama yang berhasil ia ambil dari puncak gunung di negeri seribu cahaya.

Kama penawar hati yang bersedih. Dengan air kama semua menjadi bahagia, bahkan dengan air kama, Negeri Seribu Sungai menjadi seperti Negeri Seribu Cahaya. Air kama yang juga berarti air cinta, adalah rahasia hidup bahagia.

Cinta Itu Membahagiakan


Pada sebuah kesempatan, seorang perempuan muda menemui saya untuk curhat dengan harapan bisa membantunya keluar dari persoalan pelik yang tengah ia hadapi.

Tentu saja saya tidak menjanjikan bisa menghilangkan kesulitannya seketika, seperti pesulap menghilangkan kelinci dari dalam topi. Setidaknya saya berusaha untuk mendengar keluh kesahnya dengan tulus. Biasanya seseorang yang sedang galau, perasaannya akan sedikit lega jika sudah mencurahkan isi hatinya pada siapa pun.

Sambil bercucuran air mata ia menceritakan kegalauannya, "Bagiku dia adalah pria terbaik yang pernah kukenal,

aku sangat mencintainya dan berharap dia bisa menjadi suamiku...." Kalimatnya terhenti untuk mengatur napas yang sudah mulai tersengal-sengal menahan tangis yang semakin hebat.

Sambil menyeka air matanya dengan tisu ia melanjutkan kalimatnya, "Tapi, kini dia sudah pergi meninggalkan aku. Mas, dan menikah dengan perempuan lain. Ternyata dia adalah pria terjahat yang pernah aku kenal. Aku benci banget sama pria tak berperasaan itu."

Selanjutnya hening. Hanya terdengar suara isak tangis yang menyayat hati. "Sekarang aku harus gimana, Mas?" tanyanya, mengagetkan saya.

Saya jadi teringat pada program motivasi yang saya bawakan di salah satu radio Jakarta. Persoalan yang mereka keluhkan umumnya borsumbor dari hubungan cinta yang bermasalah.

Persoalan cinta mendominasi, hampir sekitar 70% dari keseluruhan pertanyaan atau curhatan yang masuk di program radio yang pendengarnya mayoritas perempuan itu. Selebihnya adalah persoalan hidup lainnya.

Pertanyaannya, kalau cinta adalah sumber kebahagiaan, lalu kenapa cinta membuat mereka menderita? Tentu saja yang membuat mereka dan ibu itu menderita bukan cintanya, melainkan kebenciannya.
Postingan Terbaru

Komentar